PORT-AU-PRINCE – Beberapa hari belakangan ini, jika kita berjalan-jalan di ibukota Haiti, Port-au-Prince, Anda akan merasa berada di Brasil. Keriangan tampak di wajah sebagian besar penduduknya, setelah Brasil menumbangkan Korea Utara 2-1 pada turnamen Piala Dunia 2010.
Saat ini, di Haiti tengah dilanda demam sepakbola, padahal Januari lalu gempa berkekuatan besar sempat menghancurkan sejumlah kota di Haiti, termasuk Port Au Prince. Kelaparan ada di mana-mana.
Namun, kini atmosfir di Port Au Prince menjadi lebih semarak. Bendera Brasil berkibar di pinggir-pinggir jalan hingga ke sudut-sudut kota. Warna hijau dan kuning menghiasi kota. Baik anak-maupun orang dewasa tampak mengenakan kaos sepakbola yang dipunggungnya tertulis nama Kaka, salah seorang pemain Brasil.
Tembok-tembok kota pun menjadi sasaran aksi grafiti untuk mendukung penyelenggaraan turnamen Piala Dunia 2010.
Tim Argentina juga menjadi idola kedua publik Haiti. Namun, persaingan dua tim Amerika Selatan ini tidak mengurangi rasa gembira mereka. Masyarakat tampak bersatu lewat penyelenggaraan turnamen empat tahunan ini.
"Ini merupakan sebuah pesta besar untuk setiap orang,” kata Teddy Maindre, salah seorang pendukung timnas Argentina.
Suasana di Haiti layaknya penyambutan pertandingan final Piala Dunia. Pengeras suara ditempatkan di berbagai lokasi, gadis-gadis wajahnya di make-up berwarna hijau dan kuning. Sementara pria dewasa melakukan aksi-aksi jantannya dengan mengendarai sepeda motor dengan tubuh berbalut bendera Brasil.
Pembukaan Piala Dunia di Afrika Selatan yang jatuh pada Jumat, 11 Juni 2010 berselang lima bulan setelah Haiti diguncang gempa yang menelan korban tewas hingga 300.000 orang. Port Au Prince seolah rata dengan tanah.
Stadion Port Au Prince yang menjadi kebanggaan masyarakat setempat, sempat dijadikan base-camp pengungsian. Kini stadion itu kembali ke fungsi semula. Masyarakat Haiti bisa menyaksikan pertandingan langsung Piala Dunia di stadion tersebut melalui layar raksasa. Harga tiketnya, sangat terjangkau.
Ide ini bermula dari Francois Mackenson, pendiri komunitas pendukung Brasil di Haiti. "Tahun ini kami tidak bisa menggelar karnaval, karena gempa," katanya.
Mackenson meratapi kondisi ini. Dia mengatakan kepada AFP, Brasil tidak bisa terkalahkan dan akan meraih kemenangan di Piala Dunia tahun ini. "Semangat inilah yang membuat kami bertambah kuat lagi untuk memulai sesuatu yang baru,” ujarnya. Mackenson tidak bisa menjelaskan secara pasti, mengapa tim Brasil yang paling dijagokan dan dipuja masyarakat Haiti. "Saya tidak tahu mengapa Brasil," katanya. "Mungkin berkaitan dengan pertalian darah, Brazil juga datang dari Afrika" tambahnya sembari tersenyum.
Dia mengatakan, kecintaan publik Haiti terhadap Brasil hanya sebatas pada bidang olahraga sepakbola. Soalnya, lanjut dia, sebanyak 1.300 orang dari Brasil yang melakukan misi perdamaian PBB, sering mendapat kritik dari masyarakat Haiti karena kerap melakukan kekerasan.
"Tetapi, kami tidak mencampur-adukkan urusan sepakbola dengan politik,” kata Mackenson. (AFP)